Kamis, 13 Oktober 2016

Hambatan pada penginderaan jauh





Hambatan yang besar muncul di dalam atmosfer yang rapat, dan satelit dengan perigee dibawah ~120 km memiliki kala hidup yang pendek. Disisi lain, satelit pada ketinggian diatas 600 km, hambatan atmosfernya lemah dimana satelit biasanya bertahan pada orbitnya lebih dari kala hidup operasional satelit. Pada ketinggian ini, gangguan periode orbit sangat kecil sehingga kita bisa dengan mudah menghitungnya tanpa pengetahuan yang tepat mengenai kerapatan atmosfer. Di ketinggian menengah, dua variabel kasar dari sumber energi menyebabkan variasi yang besar dalam kerapatan atmosfer dan menimbulkan gangguan orbit. Variasi ini dapat diprediksi dengan dua model empiris:

Hambatan yang besar muncul di dalam atmosfer yang rapat, dan satelit dengan perigee dibawah ~120 km memiliki kala hidup yang pendek. Disisi lain, satelit pada ketinggian diatas 600 km, hambatan atmosfernya lemah dimana satelit biasanya bertahan pada orbitnya lebih dari kala hidup operasional satelit. Pada ketinggian ini, gangguan periode orbit sangat kecil sehingga kita bisa dengan mudah menghitungnya tanpa pengetahuan yang tepat mengenai kerapatan atmosfer. Di ketinggian menengah, dua variabel kasar dari sumber energi menyebabkan variasi yang besar dalam kerapatan atmosfer dan menimbulkan gangguan orbit. Variasi ini dapat diprediksi dengan dua model empiris: Mass Spectometer Incoherent Scatter (MSIS) dan model Jacchia [Hedin,1986; Jacchia,1977]. Ketinggian diantara 120 dan 600 km termasuk dalam termosfer Bumi, daerah diatas 90 km dimana absorpsi Radiasi Ultraviolet Ekstrim (EUV) dari Matahari menghasilkan penurunan temperatur terhadap ketinggian dalam laju yang sangat cepat. Pada ketinggian ~200-250 km, temperatur ini mendekati nilai batas, dinamakan dengan temperatur eksosfer, dimana nilai rata-ratanya berada pada rentang diantara ~600 dan 1200 K selama siklus Matahari. Termosfer mungkin juga mengalami pemanasan yang kuat dari aktivitas geomagnet, yang merupakan transfer energi dari magnetosfer dan ionosfer. Pemanasan termosfer menurunkan kerapatan atmosfer dikarenakan pemuaian termosfer menyebabkan penurunan tekanan pada ketinggian yang bersangkutan. Pemanasan selama radiasi ultraviolet ekstrim dan variasi siklus Matahari mempunyai pengaruh yang besar terhadap kala hidup satelit. Badai Geomagnet biasanya terlalu singkat untuk mempengaruhi kala hidup satelit secara signifikan. Radiasi ultraviolet ekstrim dari Matahari diserap secara sempurna oleh atmosfer sebelum menyentuh permukaan Bumi dan itu tidak dihitung secara berkala oleh instrumen bawaan satelit; konsekuensinya, pengaruh terhadap satelit tidak dapat diprediksikan. Aktivitas Matahari dipantau menggunakan semacam indeks seperti bilangan sunspot dan indeks F10.7 yang sebelumnya didiskusikan. Kerapatan diperoleh dari model atmosfer MSIS [Hedin,1986]. Dibawah 150 km, kerapatan tidak terlalu dipengaruhi oleh aktivitas Matahari. Bagaimanapun, pada ketinggian satelit dalam rentang 500 sampai 800 km, variasi kerapatan diantara aktivitas Matahari maksimun dan aktivitas Matahari minimum menunjukan perbedaan yang besarnya mendekati orde 2. Variasi yang besar dalam kerapatan menyatakan secara tidak langsung bahwa satelit akan jatuh lebih cepat selama periode aktivitas Matahari maksimum dan lebih lambat selama aktivitas Matahari minimum. Kami mengasumsikan bahwa seluruh satelit yang diluncurkan dalam orbit lingkaran sempurna pada ketinggian 700 km- tahun 1956 tiga satelit diluncurkan pada permulaan aktivitas Matahari maksimum, tahun 1959 tiga satelit diluncurkan menjelang akhir dari aktivitas Matahari maksimum, dan tahun 1962 tiga satelit diluncurkan mendekati waktu aktivitas Matahari minimum. Dalam setiap kelompok, masing-masing satelit memiliki koefisien balistik yaitu 20 kg/m2, 60 kg/m2 dan 200 kg/m2. Sejarah dari 9 satelit ini ditunjukan pada grafik. Satelit jatuh sangat lambat selama aktivitas Matahari minimum, kemudian sangat cepat selama aktivitas Matahari maksimum. untuk satu satelit, setiap periode aktivitas Matahari maksimum akan menghasilkan kejatuhan yang besar dibandingkan saat aktivitas Matahari maksimum sebelumnya karena satelit mengalami pelemahan. Hal ini tentu akan terjadi bergantung pada tingkat aktivitas Matahari maksimum tertentu. Pengaruh dari aktivias Matahari maksimum juga akan bergantung pada koefisien balistik satelit. Satelit dengan koefisien balistik yang rendah akan bereaksi dengan cepat terhadap atmosfer dan akan cenderung jatuh dengan segera. Satelit dengan koefisien balistik yang tinggi akan mendorong melewati nilai yang besar dari siklus Matahari dan akan jatuh lebih lambat. Perlu dicatat bahwa waktu satelit jatuh menghasilkan perhitungan yang lebih baik dalam siklus matahari dibandingkan dalam tahun. 9 satelit tersebut seluruhnya jatuh selama periode aktivitas Matahari maksimum. Untuk rentang koefesien balistik yang ditunjukan, kala hidup bervariasi dari yang mendekati setengah siklus Matahari (5 tahun) hingga 17 siklus Matahari (190 tahun). Untuk memprediksikan dimana satelit akan jatuh benar-benar sulit. Dibawah ketinggin 200 km, satelit yang mengorbit jatuh dalam beberapa hari, kerapatan atmosfer sebagian besar bebas dari pengaruh sikus Matahari, dan kurva di bagian atas dan bawah untuk setiap koefisien mulai menyatu. Dilihat dari kala hidup satelit pada setengah siklus Matahari (mendekati 5 tahun), terdapat perbedaan yang sangat besar diantara satelit yang diluncurkan pada permulaan aktivitas Matahari minimum (kurva atas) dan yang diluncurkan pada permulaan aktivitas Matahari maksimum (kurva bawah). Juga perhatikan bahwa perbedaan diantara kurva aktivitas Matahari maksimum dan aktivitas Matahari minimum lebih besar untuk satelit dengan koefisien balistik yang rendah seperti yang sudah kita prediksikan. Setelah setengah siklus Matahari, satelit di kurva atas dari setiap pasangan akan menyentuh aktivitas Matahari maksimum dan kurva akan menjadi lebih datar. Perbedaan terdapat pada kurva bawah yang akan menyentuh aktivitas Matahari minimum dan akan hampir berhenti jatuh sedemikian sehingga kurva menjadi hampir vertikal. Pola osilasi ini berlanjut dengan frekuensi 11 tahunan siklus Matahari yang dapat dilihat dibagian atas kurva. Pada akhirnya di ketinggian yang tinggi dan kala hidup yang panjang, kurva menyatu karena satelit akan melihat jumlah yang besar dari siklus Matahari dan akan membuat perbedaan yang sangat kecil ketika satelit diluncurkan, tentunya kala hidup sebenarnya untuk setiap satelit tertentu akan bergantung pada kedua hal yaitu variasi indeks F10,7 sebenarnya dan rancangan serta letak satelit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar