Minggu, 23 Oktober 2016

daerah lokasi video yaitu di pantai tapalkuda air salobar, kecamatan Nusaniwe

Jumat, 21 Oktober 2016

Kamis, 13 Oktober 2016

Hambatan pada penginderaan jauh





Hambatan yang besar muncul di dalam atmosfer yang rapat, dan satelit dengan perigee dibawah ~120 km memiliki kala hidup yang pendek. Disisi lain, satelit pada ketinggian diatas 600 km, hambatan atmosfernya lemah dimana satelit biasanya bertahan pada orbitnya lebih dari kala hidup operasional satelit. Pada ketinggian ini, gangguan periode orbit sangat kecil sehingga kita bisa dengan mudah menghitungnya tanpa pengetahuan yang tepat mengenai kerapatan atmosfer. Di ketinggian menengah, dua variabel kasar dari sumber energi menyebabkan variasi yang besar dalam kerapatan atmosfer dan menimbulkan gangguan orbit. Variasi ini dapat diprediksi dengan dua model empiris:

Hambatan yang besar muncul di dalam atmosfer yang rapat, dan satelit dengan perigee dibawah ~120 km memiliki kala hidup yang pendek. Disisi lain, satelit pada ketinggian diatas 600 km, hambatan atmosfernya lemah dimana satelit biasanya bertahan pada orbitnya lebih dari kala hidup operasional satelit. Pada ketinggian ini, gangguan periode orbit sangat kecil sehingga kita bisa dengan mudah menghitungnya tanpa pengetahuan yang tepat mengenai kerapatan atmosfer. Di ketinggian menengah, dua variabel kasar dari sumber energi menyebabkan variasi yang besar dalam kerapatan atmosfer dan menimbulkan gangguan orbit. Variasi ini dapat diprediksi dengan dua model empiris: Mass Spectometer Incoherent Scatter (MSIS) dan model Jacchia [Hedin,1986; Jacchia,1977]. Ketinggian diantara 120 dan 600 km termasuk dalam termosfer Bumi, daerah diatas 90 km dimana absorpsi Radiasi Ultraviolet Ekstrim (EUV) dari Matahari menghasilkan penurunan temperatur terhadap ketinggian dalam laju yang sangat cepat. Pada ketinggian ~200-250 km, temperatur ini mendekati nilai batas, dinamakan dengan temperatur eksosfer, dimana nilai rata-ratanya berada pada rentang diantara ~600 dan 1200 K selama siklus Matahari. Termosfer mungkin juga mengalami pemanasan yang kuat dari aktivitas geomagnet, yang merupakan transfer energi dari magnetosfer dan ionosfer. Pemanasan termosfer menurunkan kerapatan atmosfer dikarenakan pemuaian termosfer menyebabkan penurunan tekanan pada ketinggian yang bersangkutan. Pemanasan selama radiasi ultraviolet ekstrim dan variasi siklus Matahari mempunyai pengaruh yang besar terhadap kala hidup satelit. Badai Geomagnet biasanya terlalu singkat untuk mempengaruhi kala hidup satelit secara signifikan. Radiasi ultraviolet ekstrim dari Matahari diserap secara sempurna oleh atmosfer sebelum menyentuh permukaan Bumi dan itu tidak dihitung secara berkala oleh instrumen bawaan satelit; konsekuensinya, pengaruh terhadap satelit tidak dapat diprediksikan. Aktivitas Matahari dipantau menggunakan semacam indeks seperti bilangan sunspot dan indeks F10.7 yang sebelumnya didiskusikan. Kerapatan diperoleh dari model atmosfer MSIS [Hedin,1986]. Dibawah 150 km, kerapatan tidak terlalu dipengaruhi oleh aktivitas Matahari. Bagaimanapun, pada ketinggian satelit dalam rentang 500 sampai 800 km, variasi kerapatan diantara aktivitas Matahari maksimun dan aktivitas Matahari minimum menunjukan perbedaan yang besarnya mendekati orde 2. Variasi yang besar dalam kerapatan menyatakan secara tidak langsung bahwa satelit akan jatuh lebih cepat selama periode aktivitas Matahari maksimum dan lebih lambat selama aktivitas Matahari minimum. Kami mengasumsikan bahwa seluruh satelit yang diluncurkan dalam orbit lingkaran sempurna pada ketinggian 700 km- tahun 1956 tiga satelit diluncurkan pada permulaan aktivitas Matahari maksimum, tahun 1959 tiga satelit diluncurkan menjelang akhir dari aktivitas Matahari maksimum, dan tahun 1962 tiga satelit diluncurkan mendekati waktu aktivitas Matahari minimum. Dalam setiap kelompok, masing-masing satelit memiliki koefisien balistik yaitu 20 kg/m2, 60 kg/m2 dan 200 kg/m2. Sejarah dari 9 satelit ini ditunjukan pada grafik. Satelit jatuh sangat lambat selama aktivitas Matahari minimum, kemudian sangat cepat selama aktivitas Matahari maksimum. untuk satu satelit, setiap periode aktivitas Matahari maksimum akan menghasilkan kejatuhan yang besar dibandingkan saat aktivitas Matahari maksimum sebelumnya karena satelit mengalami pelemahan. Hal ini tentu akan terjadi bergantung pada tingkat aktivitas Matahari maksimum tertentu. Pengaruh dari aktivias Matahari maksimum juga akan bergantung pada koefisien balistik satelit. Satelit dengan koefisien balistik yang rendah akan bereaksi dengan cepat terhadap atmosfer dan akan cenderung jatuh dengan segera. Satelit dengan koefisien balistik yang tinggi akan mendorong melewati nilai yang besar dari siklus Matahari dan akan jatuh lebih lambat. Perlu dicatat bahwa waktu satelit jatuh menghasilkan perhitungan yang lebih baik dalam siklus matahari dibandingkan dalam tahun. 9 satelit tersebut seluruhnya jatuh selama periode aktivitas Matahari maksimum. Untuk rentang koefesien balistik yang ditunjukan, kala hidup bervariasi dari yang mendekati setengah siklus Matahari (5 tahun) hingga 17 siklus Matahari (190 tahun). Untuk memprediksikan dimana satelit akan jatuh benar-benar sulit. Dibawah ketinggin 200 km, satelit yang mengorbit jatuh dalam beberapa hari, kerapatan atmosfer sebagian besar bebas dari pengaruh sikus Matahari, dan kurva di bagian atas dan bawah untuk setiap koefisien mulai menyatu. Dilihat dari kala hidup satelit pada setengah siklus Matahari (mendekati 5 tahun), terdapat perbedaan yang sangat besar diantara satelit yang diluncurkan pada permulaan aktivitas Matahari minimum (kurva atas) dan yang diluncurkan pada permulaan aktivitas Matahari maksimum (kurva bawah). Juga perhatikan bahwa perbedaan diantara kurva aktivitas Matahari maksimum dan aktivitas Matahari minimum lebih besar untuk satelit dengan koefisien balistik yang rendah seperti yang sudah kita prediksikan. Setelah setengah siklus Matahari, satelit di kurva atas dari setiap pasangan akan menyentuh aktivitas Matahari maksimum dan kurva akan menjadi lebih datar. Perbedaan terdapat pada kurva bawah yang akan menyentuh aktivitas Matahari minimum dan akan hampir berhenti jatuh sedemikian sehingga kurva menjadi hampir vertikal. Pola osilasi ini berlanjut dengan frekuensi 11 tahunan siklus Matahari yang dapat dilihat dibagian atas kurva. Pada akhirnya di ketinggian yang tinggi dan kala hidup yang panjang, kurva menyatu karena satelit akan melihat jumlah yang besar dari siklus Matahari dan akan membuat perbedaan yang sangat kecil ketika satelit diluncurkan, tentunya kala hidup sebenarnya untuk setiap satelit tertentu akan bergantung pada kedua hal yaitu variasi indeks F10,7 sebenarnya dan rancangan serta letak satelit.

Jumat, 07 Oktober 2016

sejarahperkembangan pengindraan jauh



1.1.  Definisi Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).
Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan
(mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985).
Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi lektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985).

“Penginderaan jauh merupakan ilmu, metode atau teknik memperoleh informasi objek permukaan bumi dengan menggunakan alat yang disebut “sensor” (alat peraba), tanpa melalui kontak langsung dengan objeknya”.

1.2.  Masukan Data Penginderaan Jauh
Dalam penginderaan jauh didapat masukan data atau hasil observasi yang disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu erupakan citra bunga tersebut. Menurut Simonett (1983): bahwa citra sebagai gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa suatu gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektronik. Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang berarti citra dalam bahasa Indonesia, yaitu “image” dan “imagery”, akan tetapi istilah imagery dirasa lebih tepat penggunaannya (Sutanto, 1986).
Agar dapat dimanfaatkan maka citra tersebut harus diinterpretasikan atau diterjemahkan/ditafsirkan terlebih dahulu.  Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut (Estes dan Simonett, 1975). Singkatnya interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi dan disiplin ilmu lainnya.

1.3.  Alat Penginderaan Jauh
Untuk melakukan penginderaan jarak jauh diperlukan alat sensor, alat pengolah data dan alat-alat lainnya sebagai pendukung. Oleh karena sensor tidak ditempatkan pada objek, maka perlu adanya wahana atau alat sebagai tempat untuk meletakkan sensor. Wahana tersebut dapat berupa balon udara, pesawat terbang, satelit atau wahana lainnya (lihat gambar 1.2). Antara sensor, wahana, dan citra diharapkan selalu berkaitan, karena hal itu akan menentukan skala citra yang dihasilkan.

Gambar 1.2. Wahana PenginderaanJauh (Lindgren, 1985).

Semakin tinggi letak sensor maka daerah yang terdeteksi atau yang dapat diterima oleh sensor semakin luas. Jadi jangkauan penginderaannya semakin luas seperti digambarkan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3. Konsep multitingkat (berdasarkan uraian National Academy of Sciences, 1977)
Keterangan:
I. Satelit dengan orbit 200 - 36.000 km;
II. Pesawat yang terbang rendah (> 15 km);
III. Pesawat yang terbang rendah (9 – 15 km);
IV. Pesawat yang terbang rendah (< 9 km).

Alat sensor dalam penginderaan jauh dapat menerima informasi dalam berbagai bentuk antara lain sinar atau cahaya, gelombang bunyi dan daya elektromagnetik. Alat sensor digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor semakin baik sensor dan semakin baik resolusi spasial pada citra. Berdasarkan proses perekamannya sensor dapat dibedakan atas:

a. Sensor Fotografi
Proses perekamannya berlangsung seperti pada kamera foto biasa, atau yang kita kenal yaitu melalui proses kimiawi. Tenaga elektromagnetik yang diterima kemudian direkam pada emulsi film dan setelah diproses akan menghasilkan foto. Ini berarti, di samping sebagai tenaga, film juga berfungsi sebagai perekam, yang hasil akhirnya berupa foto udara, jika perekamannya dilakukan dari udara, baik melalui pesawat udara atau wahana lainnya. Tapi jika perekamannya dilakukan dari antariksa maka hasil akhirnya disebut foto satelit atau foto orbital. Menurut Lillesand dan Kiefer, ada beberapa keuntungan menggunakan sensor fotografi, yaitu:
§ Caranya sederhana seperti proses pemotretan biasa.
§ Biayanya tidak terlalu mahal.
§ Resolusi spasialnya baik.
b. Sensor Elektronik
Sensor elekronik berupa alat yang bekerja secara elektrik dengan pemrosesan menggunakan komputer. Hasil akhirnya berupa data visual atau data digital /numerik. Proses perekamannya untuk menghasilkan citra dilakukan dengan memotret data visual dari layar atau dengan menggunakan film perekam khusus. Hasil akhirnya berupa foto dengan film sebagai alat perekamannya dan tidak disebut foto udara tetapi citra. Agar informasi-informasi dalam berbagai bentuk tadi dapat diterima oleh sensor, maka harus ada tenaga yang membawanya antara lain matahari. Informasi yang diterima oleh sensor dapat berupa:
· Distribusi daya (forse).
· Distribusi gelombang bunyi.
· Distribusi tenaga elektromagnetik.
Informasi tersebut berupa data tentang objek yang diindera dan dikenali dari hasil rekaman berdasarkan karakteristiknya dalam bentuk cahaya, gelombang bunyi, dan tenaga elektromagnetik. Contoh: Salju dan batu kapur akan memantulkan sinar yang banyak (menyerap sinar sedikit) dan air akan memantulkan sinar sedikit (menyerap sinar banyak). Informasi tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga dan objek. Interaksi antara tenaga dan objek direkam oleh sensor, yang berupa alat-alat sebagai berikut:
· Gravimeter : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
· Magnetometer : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.
· Sonar : mengumpulkan data tentang distribusi gelombang dalam air.
· Mikrofon : mengumpulkan/menangkap gelombang bunyi di udara.
· Kamera : mengumpulkan data variasi distribusi tenaga elektromagnetik
      yang berupa sinar.
Seperti telah disebutkan bahwa salah satu tenaga yang dimanfaatkan dalam penginderaan jauh antara lain berasal dari matahari dalam bentuk tenaga elektromagnetik (lihat tabel 1). Matahari merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik ini. Di samping matahari sebagai sumber tenaga alamiah, ada juga sumber tenaga lain, yakni sumber tenaga buatan.

Tabel 1.1. Spektrum elektromagnetik dan bagian-bagiannya.

No
Spektrum / Saluran
Panjang Gelombang
Keterangan
1
Gamma
0,03 nm
Diserap oleh atmosfer, tetapi benda radioaktif dapat diindera dari pesawat terbang rendah
2
X
0,03 - 3 nm
Diserap oleh atmosfer, sinar buatan digunakan dalam kedokteran
3
Ultraviolet (UV)
3 nm - 0,4 Âµm 
0,3 Âµm diserap oleh atmosfer.
4
UV fotografik

Tampak 
Biru 
Hijau 
Merah 
0,3 - 0,4 Âµm

0,4 - 0,7 Âµm
0,4 - 0,5 Âµm
0,5 - 0,6 Âµm
0,6 - 0,7 Âµm                 
Hamburan atmosfer berat sekali,
diperlukan lensa kuarsa dalam
kamera
5
Inframerah (IM)
0,7 - 1.000 Âµm
Jendela atmosfer terpisah oleh
saluran absorpsi.
6
IM Pantulan
0,7 - 3 Âµm

7
IM Fotografik
0,7 - 0,9 Âµm
Film khusus dapat merekam
hingga panjang gelombang hampir
1,2 Âµm.
8
IM Termal
3 - 5 Âµm
Jendela-jendela atmosfer dalam
spektrum ini.
9
Gelombang mikro
8 - 14 Âµm
Gelombang panjang yang mampu
menembus awan, citra dapat dibuat dengan cara pasif dan aktif.
10
Radar

Ka 
Ku 
0,3 - 300 cm

0,3 - 300 cm
0,8 - 1,1 cm
1,1 - 1,7 cm
1,7 - 2,4 cm
2,4 - 3,8 cm
3,8 - 7,5 cm
7,5 - 15 cm
15 - 30 cm
Penginderaan jauh sistem aktif.

Yang paling sering digunakan.
Yang paling sering digunakan.
11
Radio
30 - 100 cm
Tidak digunakan dalam
penginderaan jauh.
Sumber: Paine, 1981

1.4.  Sistem Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh dengan menggunakan tenaga matahari dinamakan penginderaan jauh sistem pasif. Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada siang hari saat cuaca cerah. Penginderaan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran tenaga thermal, dapat beroperasi pada siang maupun malam hari.
Penginderaan jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan disebut penginderaan jauh sistem aktif. Penginderaan sistem aktif sengaja dibuat dan dipancarkan dari sensor yang kemudian dipantulkan kembali ke sensor tersebut untuk direkam. Pada umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga menggunakan spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.
”Penginderaan jauh yang menggunakan Matahari sebagai tenaga alamiah
disebut penginderaan jauh sistem pasif, sedangkan yang menggunakan sumber tenaga lain (buatan) disebut penginderaan jauh sistem aktif”.
Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif untuk sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi tenaga elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Adapun jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer (Lihat Tabel 1.1). Sebagaimana terlihat pada tabel tersebut, spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah sebabnya atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini karena sebagian gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan (Lihat Gambar 1.4)
  
Gambar 1.4. Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer.

Faktor-faktor lain selain atmosfer yang mempengaruhi jumlah tenaga matahari untuk sampai ke permukaan bumi adalah:
a.  Waktu (jam atau musim)
Faktor waktu berpengaruh terhadap banyak sedikitnya energi matahari untuk sampai ke bumi. Misalnya pada siang hari jumlah tenaga yang diterima lebih banyak dibandingkan dengan pagi.
b.  Lokasi
Lokasi ini erat kaitannya dengan posisinya terhadap lintang geografi dan posisinya terhadap permukaan laut. Misalnya di daerah khatulistiwa jumlah tenaga yang diterima lebih banyak dari pada daerah lintang tinggi.
c.  Kondisi cuaca
Kondisi cuaca mempengaruhi adanya hambatan di atmosfer. Misalnya saat cuaca
berawan jumlah tenaga yang diterima lebih sedikit dari pada saat cuaca cerah.
  
II.   CITRA HASIL PENGINDERAAN JAUH

2.1.  Jenis Citra
Hasil proses rekaman data penginderaan jauh tersebut berupa:
§ Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.
§ Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk dianalisis dengan cara manual. 

Data citra berupa gambaran mirip aslinya, sedangkan data non citra berupa garis atau grafik. Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra non foto (non photographic image). Perbedaan pokok keduanya disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbedaan citra foto dan non foto

No
              Jenis Citra
Varia-
bel pembeda
Citra foto
Citra non foto
1
Sensor
Kamera
Non kamera, mendasarkan
atas penyiaman (scanning)
kamera yang detektornya
bukan film.
2
Detektor
Film
Pita magnetik, termistor foto
konduktif, foto voltaik, dsb.
3
Proses perekaman
Fotografi/kimiawi
Elektronik
4
Mekanisme perekaman
Serentak
Parsial
5
Spektrum elektromagnetik
Spektrum tampak dan
perluasannya.
Spektra tampak dan
Perluasannya, thermal, dan gelombang mikro.



2.1.1. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera (lihat Gambar 2.1). Citra foto dapat dibedakan berdasarkan:

a.  Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan atas:
1. Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
2. Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
3. Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata.
4. Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.